Why’d You Only Call Me When You’re High?

Bahasa, Comedy, Ficlet, PG, Romance

C-rv8bXVoAA5Jrt

Lukas & Adel

Ficlet | Romance, Comedy | PG

“Won’t you take me home to the place where I belong?”

‒ Why’d You Only Call Me When You’re High?‒

            “Kau mabuk?” Lukas mengedarkan pandangan ke sloki kosong dan dua botol whiskey yang mana satunya telah habis dan lainnya tersisa separuh lebih berada di samping lengan Adel yang ia gunakan untuk menyangga kepalanya.

            Adel membuka matanya, setengah tertidur. “Oh, kau pikir kau tidak?” tanya gadis itu dan memutar bola matanya malas.

            “Aku tidak cukup bodoh untuk mabuk sepertimu sampai ingin tidur di sini”

            Lukas menarik pergelangan tangan Adel, dan gadis itu menepisnya.

            “Aku antar kau pulang, ayo pergi”

            “Apa kau mengigau? Pergi dan pulang kemana?” sergah Adel.

            Lukas meringis mendengar kalimat Adel yang berantakan. Namun, ia tidak bergeming karena ini Adel. Ini Adeline Adrianne, dan ia sedikit mabuk.

            “Tentu saja ke rumahmu” Lukas kembali meraih gadis itu yang berusaha menuangkan kembali whiskey ke sloki yang kosong.

            “Adel, kau mendengarku?” Lukas menaikkan suaranya beberapa oktaf.

            “Tidak!” sentak Adel. Lukas mendesah, ia melantunkan lagu nasional dalam hati untuk mengontrol emosinya.  Jika sisi terburuk dirinya menang, ia pasti sudah menggelindingkan gadis itu dan membuat namanya terpampang di headline koran keesokannya. Ia sangat ingin menghindari Adel, sampai ia menerima panggilan darurat tentang invasi alien, strategi perang nazi jerman, dan misteri boxer spongebob miliknya yang hilang. Pria itu tidak mengindahkan pada awalnya dan bersikap seakan Adel sedang mengidap penyakit menular yang mematikan, yang mana ia berarti tidak boleh bersentuhan dengan segala aspek dalam kehidupan gadis itu. Tapi, ia tidak bisa bersikap seperti Adel mengidap penyakit menular yang mematikan karena hanya dialah satu-satunya orang yang akan gadis itu telpon saat mabuk. Lukas tidak bisa berpura-pura untuk tidak peduli berat padanya.

            “Hei, apa kalian kembali bersama?” rupanya suara Bram ‒teman sekolah menengah mereka‒ menginterupsi racauan Adel perihal lokasi rahasia rudal Korea Utara.

            “Apa kau ingin aku menusuk perutmu dan mencungkil dua ginjalmu dari sana, Bram Winata?”

            “Adel, dia mabuk. Dan kau Bram sebaiknya segera pergi” Lukas risih mendengar kalimat psikopat gadis itu.

            “I must’ve told you so, man”

            Lukas terkesiap hingga lengan Adel berpindah pada pria di hadapannya. Ia tau pria itu Adam, kekasih Adel sejak tiga bulan yang lalu.

            “Aku akan mengurusnya sampai sini, terima kasih” ucap Adam sopan lalu menundukkan kepala.

            “Adam apa itu kau?” ucap Adel lirih sembari tangannya menggapai rambut Adam namun tak sampai karena kesadarannya yang tidak tertolong lagi.

            “Iya sayang ini aku, ayo kuantar kau pulang”

            Namun tak disangka jemari gadis itu menarik ujung jaket Lukas membuat pria itu kehilangan keseimbangan dan jatuh terjerembab.

Adam yang sadar akan hal itu pun merespon, “Man, are you okay?”

“I’m alright” Lukas berdiri lantas merapikan pakaiannya.

 “Kalian berdua hati-hatilah” pun Lukas terkekeh seperti biasa dan berjalan gontai sembari mengelus-elus pantatnya.

‒Fin‒

Leave a comment